Minggu, 08 Juni 2014

Resensi Robohnya Surau Kami – A. A. Navis

Judul                    :  RobohnyaSurau Kami
Penulis                :  A.A. Navis
Penerbit              : GM (GramediaPustakaUtama)
Tanggal terbit     : November-1996
Jumlahhalaman  : 148 halaman (vi + 142)
Katagori              :Cerpen
  
    Dalam cerpen “Robohnya Surau Kami”, bercerita Ajo Sidi kepada kakek penjaga Surau tentang dialog antaraTuhan dengan haji Saleh, seorang warga Negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah.
         Bermula dari seorang tokoh “aku” yang dimana di dalam cerita ini tidak disebut namanya. Sesekali ia mengunjungi seorang kakek penjaga surau,yang menganggap surau itu adalah rumah baginya. Sedari muda kakek tinggal di surau itu. Iatidak memiliki istri. Ia mengaku, bahwa hidupnya sudah diserahkan kepada Allah STW, jadi kehidupan dunia tidak berarti lagi baginya. Waktu melihat kakek,  ia terheran karena kakek sedang termenung. Ia pun mulai bertanya kepada kakek, apalah yang membuat hati sang Kakek gundah. Berkali-kali ia bertanya, akhirnya kakek pun mulai menceritakan apa yang telah membuatnya gundah. Kakek bercerita bahwa Ajo Sidilah yang membuat hatinya gundah. Semua orang di kampong itu tahu bahwa Ajo Sidi adalah seorang pembual.
Ajo Sidi membual cerita tentang kisah seorang Haji yang bernama Saleh kepada kakek, Ajo Sidi bercerita bahwa Haji saleh ini mengaku bahwa selama hidupnya,  ia selalu beribadah dan beribadah. Akan tetapi haji ini tidak mendapat syafa’at Allah. Di putuskanlah dalam cerita Ajo Sidi ini, bahwa Haji Saleh akan di masukkan ke dalam kerak Neraka. Karena dalam kisah ini di ceritakan bahwa, haji Saleh ini hanyalah memikirkan kehidupan di akhirat kelak, tanpa memperdulikan orang lain. Ia tidak pernah memikirkan kehidupan di dunia.
Allah STW telah memerintahkan hamba - hambaNya untuk menyembah-Nya. Tapi bukan berarti selama di dunia, kita tidak berbuat apa - apa. Tentunya kita harus memiliki rasa saling peduli kepada orang lain, tidak hanya memikirkan diri sendiri. Allah tidak pernah tidur, itu adalah benar. Dan Allah sangat senang apabila melihat hamba - hamba-Nya berdo’a dan berusaha terlebih dahulu, daripada pasrah dan berdo’a. Allah Maha Pendengar dan Maha Penyayang.
Begitulah cerita yang ia dengar dari kakek. Akan tetapi keesokan harinya “aku” terkejut mendengar kakek telah meninggal dunia. Ia mendengar bahwa kakek meninggal karena bunuh diri di suraunya dalam keadaan yang mengerikan. Kakek menggoroh lehernya dengan pisau cukur.  “aku” pun langsung menemui Ajo Sidi kerumahnya, tetapi saat itu ia sedang kerja.
Jalan cerita dalam cerpen ini sangat menggantung. Dalam cerpen ini menggambarkan sikap ketidakpedulian dan tanggungjawab ata sapa yang telah diperbuat.  Ketika seorang mengaku beriman kepada Allah. Tetapi iman itu telah diruntuhkan oleh setan - setan. Sehingga membuat kakek memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Meskipun begitu,  kakek telah melakukan dosa yang sangat besar, karena ia bunuh diri. Dan perbuatan inilah yang sangat di benci oleh Allah STW.

Kisah ini telah member banyak pelajaran yang dapat di ambil hikmahnya. Berfikirlah sebelum bertindak untuk melakukan sesuatu. Bersikap pasrah tidak akan menuai hasil yang baik, tetapi jika kita terus bertawakal, mempunyai niat,  keyakinan dan berusaha dalam suatu hal maka yakinlah bahwa Allah akan menjadikan usaha-usaha itu terwujud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar